Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Rahasia Algoritma Rezeki Allah Sungguh Indah
10 jam lalu
Kehilangan uang Rp1 miliar itu saya terima sebagai bagian dari algoritma rezeki Allah. Uang itu sudah menunaikan tugasnya dalam hidup saya.
***
Pernahkah kita merasakan kehilangan begitu besar hingga dunia seakan runtuh? Saya pernah mengalaminya. Dalam waktu sekejap uang senilai Rp1miliar hilang. Tabungan saya selama 30 tahun sirna dalam kurang dari satu tahun. Bagi sebagian orang, jumlah itu mungkin cukup untuk menghancurkan semangat hidup. Namun justru di titik inilah saya merasakan, di balik setiap kejadian, Allah selalu punya rencana yang jauh lebih indah.
Saat itu, Allah seolah menaruh dua jalan di hadapan saya. Pertama, terus meratapi kesalahan dan menyesali nasib tanpa ujung. Kedua, menyerahkan segalanya kepada-Nya dengan yakin bahwa rezeki sudah ditakar dengan adil. Saya memilih jalan kedua, meski awalnya terasa sangat berat.
Kehilangan itu membuat saya bertanya lirih dalam hati, “Apakah ini balasan Allah atas dosa-dosa saya?” Pertanyaan itu menusuk, tetapi sekaligus membuka pintu introspeksi. Mungkin benar, Allah sedang membersihkan jiwa saya. Bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyucikan hati yang terlalu lama bersandar pada harta.
Saya pun mulai yakin, setiap yang hilang pasti Allah akan ganti dengan sesuatu yang lebih baik. Ganti itu tidak selalu berupa uang, melainkan ketenangan, kesehatan, kebahagiaan, atau kemudahan yang tidak ternilai. Janji Allah itu nyata, asalkan kita tetap sabar dan bersyukur.
Rahasia algoritma rezeki Allah sungguh indah, karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang Dia siapkan. Mungkin uang itu menjadi penebus dari bencana yang lebih besar. Mungkin juga ia tiket menuju pintu rezeki yang lebih luas. Atau mungkin, itu cara Allah menarik saya agar semakin dekat kepada-Nya.
Kehilangan ini saya maknai sebagai ujian cinta. Allah ingin melihat apakah saya tetap mengingat-Nya saat berada di titik terendah. Apakah saya masih percaya pada janji-Nya, atau justru hanya percaya pada angka-angka di rekening Bank. Dari ujian ini, iman saya tumbuh lebih kokoh.
Orang luar mungkin melihat saya sebagai orang yang sial. Tetapi mereka tidak tahu, di balik kerugian itu tersimpan pelajaran hidup yang amat berharga. Saya belajar bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan. Dan titipan itu bisa Allah ambil kapan saja, demi kebaikan hamba yang Dia cintai.
Saya pernah membaca, jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya. Ujian bukan tanda kebencian, melainkan tanda kasih sayang. Dengannya, hati dibersihkan dari kesombongan dan kelalaian. Dan saya merasakan kebenaran itu dengan sangat nyata.
Sejak kehilangan itu, saya tidak lagi bersandar penuh pada rencana manusia. Saya belajar menggantungkan diri pada takdir Allah yang lebih sempurna. Dunia terlalu rapuh untuk dijadikan sandaran utama; hanya Allah yang kekal menjadi pegangan.
Setiap malam saya berdoa, memohon kekuatan. Saya katakan kepada-Nya bahwa saya ikhlas, meski hati masih perih. Saya mohon agar kerugian ini menjadi jalan turunnya rahmat. Dan di dalam doa itu, perlahan saya menemukan kedamaian yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Kini saya bisa melihat kehilangan itu sebagai hadiah tersembunyi. Hadiah yang menempa diri saya menjadi lebih sabar, lebih tawakal, dan lebih bersyukur. Hadiah yang nilainya jauh lebih tinggi dari sekadar angka di rekening Bank.
Allah mengajarkan bahwa rezeki itu bukan hanya uang. Rezeki adalah kesehatan, keluarga yang penuh kasih sayang, sahabat yang tulus, kesempatan berbuat baik, dan nafas yang masih berhembus. Saat menyadari hal ini, kehilangan uang tidak lagi terasa sebagai akhir segalanya. Justru ia menjadi awal kesadaran baru yang menenangkan jiwa.
Saya percaya janji Allah tidak pernah dusta. Dia berfirman, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Dan kemudahan itu sering datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Keyakinan ini membuat hati saya lapang menanti pengganti dari-Nya.
Banyak orang mengira balasan kesabaran adalah harta yang lebih banyak. Tetapi saya belajar, balasan terindah adalah hati yang lapang, yang mampu melihat musibah sebagai nikmat. Hati yang ikhlas berkata, “Terima kasih ya Allah, atas ujian ini.”
Saya tidak tahu kapan Allah akan mengganti uang itu. Bisa esok, bisa 10 tahun lagi, atau bahkan di akhirat kelak. Namun saya yakin, penggantinya pasti lebih indah dari yang hilang.
Kini, setiap kali mengingat kejadian itu, saya bisa tersenyum. Bukan karena senang kehilangan, melainkan karena saya merasa lebih dekat dengan Allah. Dia mengingatkan bahwa dunia hanyalah alat, bukan tujuan. Tujuan sejati kita adalah kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih.
Rahasia algoritma rezeki Allah memang sungguh indah. Dia mengambil sesuatu untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Dia menutup satu pintu untuk membuka pintu lain yang jauh lebih luas. Selama kita yakin akan kasih sayang-Nya, kehilangan akan terasa sebagai awal dari keberkahan.
Dalam perjalanan ini saya memahami, rezeki terbagi dalam beberapa jalan. Ada yang sudah ditetapkan sejak awal hidup, ada yang hadir sesuai usaha, doa, dan sedekah, ada pula yang Allah lapangkan tanpa batas bagi hamba yang sabar dan ikhlas. Semua sudah Allah bagi dengan adil, tinggal bagaimana kita mensyukurinya.
Maka, kehilangan uang Rp1 miliar itu kini saya terima sebagai bagian dari algoritma rezeki Allah. Uang itu mungkin sudah menunaikan tugasnya dalam hidup saya. Dan mungkin, di depan sana, Allah sudah menyiapkan rezeki yang lebih besar, lebih berkah, dan lebih menenangkan hati.
Hari-hari ini saya jalani dengan pandangan baru. Setiap kehilangan hanyalah satu langkah kecil dalam skenario Allah yang penuh hikmah. Tugas saya hanya berusaha, bersabar, dan menjaga hati agar selalu bersyukur. Karena pada akhirnya, yang terpenting bukanlah kembali pada harta, tetapi kembali pada Allah dengan jiwa yang damai.

Pemerhati Aspal Buton
6 Pengikut

Rahasia Algoritma Rezeki Allah Sungguh Indah
10 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler